Kembali bertemu dalam podcast SleepovEEERRR episode 12, Rachel Vennya dan Niko Al Hakim, yang akrab disapa Okin, membuka diri membahas topik sensitif. Bersama Erica Carlina, keduanya mengungkapkan alasan di balik keputusan kontroversial mereka untuk membawa pasangan baru masing-masing ke acara anak setelah perceraian. Langkah ini, yang sempat memicu pro dan kontra di kalangan publik karena dinilai kurang etis, ternyata menyimpan cerita dan alasan personal yang kompleks.
Apa sebenarnya yang melatarbelakangi tindakan tersebut? Fireless Kitchen telah merangkum secara mendalam alasan Rachel Vennya dan Okin membawa pasangan baru ke acara anak, memberikan perspektif yang lebih lengkap dari pengakuan mereka.
Dari perbincangan di podcast SleepovEEERRR Ep.12 – Rachel Erika Against Niko, yang tayang pada Selasa (1/6/2025), Rachel Vennya mengakui adanya penyesalan terkait keputusannya membawa pacar baru ke acara anak. Alasan utamanya adalah kebutuhan akan figur laki-laki sementara dalam keluarga. “Kenapa waktu itu gue bawa pasangan untuk ketemu anak-anak karena saat itu figur laki-laki di rumah itu nggak ada. Niko saat itu juga susah dihubungi,” jelas Rachel.
Selain itu, Rachel juga membutuhkan bantuan praktis. Ia mengungkapkan bahwa ia membawa pasangan baru untuk membantunya menggendong anak-anak saat bepergian, sebab buah hatinya tidak bersedia digendong oleh asisten rumah tangga. Situasi ini menunjukkan sisi pragmatis di balik keputusannya yang kontroversial.
Di sisi lain, Niko Al Hakim atau Okin secara jujur mengaku menyesali tindakannya membawa pasangan baru ke acara anak-anak. Ia mengungkapkan bahwa keputusan itu didorong oleh ego semata, sebagai reaksi atas langkah Rachel Vennya yang terlebih dahulu membawa pasangannya. “Itu nggak wajar sih. Masa bawa pacar ke acara anak, cuma waktu itu lagi tinggi ego aja. Kayak dia (Rachel Vennya) sama cowoknya, jadi yaudah gue sama pasangan gue. Walau waktu itu gue juga nggak mau sebenarnya,” aku Okin blak-blakan.
Beruntungnya, menurut Okin, anak-anak mereka belum sepenuhnya memahami situasi tersebut pada saat itu. Dengan penyesalan, Okin menegaskan bahwa ia tidak akan mengulangi keputusan serupa di masa mendatang, menunjukkan pelajaran berharga yang dipetik dari pengalaman tersebut.
Selain alasan praktis, Rachel Vennya juga mengungkap bahwa keputusannya membawa pasangan baru di depan anak-anak dipengaruhi oleh pengalaman masa kecilnya sendiri, mengikuti jejak sang mama. Ia menjelaskan bahwa ibunya dulu sengaja memperkenalkan pasangannya kepada Rachel kecil sebagai bagian dari proses seleksi. “Pengalaman gue jadi anak, mama gue pernah pacaran lumayan lama sama orang dan gue nggak tahu. Terus saat dikenalkan ke gue, gue nggak setuju jadi mama gue putusin sampai nangis-nangis,” kenang Rachel.
Peristiwa inilah yang kemudian menjadi landasan bagi ibunya untuk selalu mengenalkan calon pasangan sejak dini kepada Rachel, dengan tujuan agar sang anak dapat memberikan masukan dan menyeleksi hubungan ibunya sejak awal, menghindari konflik atau ketidaksetujuan di kemudian hari. Pengalaman ini membentuk pandangan Rachel terhadap dinamika keluarga pasca-perceraian.
Demikianlah rangkuman mendalam mengenai alasan Rachel Vennya dan Okin membawa pasangan baru ke acara anak mereka setelah perceraian. Kisah yang terungkap dalam podcast tersebut memberikan banyak pelajaran berharga tentang kompleksitas polemik dalam keluarga pasca-perpisahan, menyoroti beragam motivasi—mulai dari kebutuhan praktis, respons emosional, hingga pengaruh pola asuh masa lalu—yang melatarbelakangi keputusan para orang tua.
Ringkasan
Rachel Vennya dan Niko Al Hakim (Okin) mengungkapkan alasan mereka membawa pasangan baru ke acara anak setelah perceraian. Rachel mengaku melakukannya karena kebutuhan figur laki-laki di rumah dan bantuan praktis menggendong anak-anak, sementara Okin mengakui keputusannya didorong oleh ego sebagai respons terhadap tindakan Rachel.
Rachel juga terinspirasi oleh pengalaman masa kecilnya, di mana ibunya mengenalkan calon pasangan agar ia bisa ikut menyeleksi hubungan tersebut. Baik Rachel maupun Okin kini menyesali keputusan mereka, dengan Okin menegaskan tidak akan mengulanginya, menunjukkan pembelajaran dari pengalaman tersebut tentang kompleksitas dinamika keluarga pasca-perceraian.
