Dalam dunia perfilman, soundtrack seringkali lebih dari sekadar pelengkap atau pengiring cerita. Ia adalah penggerak narasi yang krusial, mampu menuntun emosi penonton, bahkan membentuk karakter di dalam film. Pendekatan inilah yang sangat terasa dalam film SORE: Istri dari Masa Depan, di mana musik tidak hanya menjadi suara latar, melainkan kekuatan inti yang memperkuat adegan dan menghidupkan setiap percakapan.
Sebagai sutradara dan penulis, Yandy Laurens dengan cermat mengundang penonton untuk menyelami kisah cinta Jonathan dan Sore, istrinya dari masa depan. Cerita mereka dipenuhi berbagai lapisan emosi yang kompleks, diperkaya secara signifikan oleh pilihan lagu-lagu yang dikurasi secara khusus untuk film ini. Setiap lagu yang menjadi soundtrack film ini memainkan perannya masing-masing, berkontribusi pada pengembangan cerita Sore dan Jonathan. Kali ini, mari kita selami lebih dalam bagaimana Yandy Laurens mengungkap peran vital musik di balik film SORE: Istri dari Masa Depan.
Nuansa Nostalgia dan Kekuatan Emosional
Lagu ‘Gaze’ dan ‘Forget Jakarta’ dari Adhitia Sofyan secara indah membawa kembali nuansa nostalgia yang telah akrab bagi penggemar web series SORE: Istri dari Masa Depan. Kehadiran lagu-lagu ini bukan hanya sekadar kilas balik, melainkan jembatan emosional yang mengikat penonton dengan esensi kisah. Tidak hanya itu, ‘Terbuang Dalam Waktu’ dari Barasuara berhasil memperkuat salah satu adegan paling emosional dalam film, bahkan menembus Top 50 Daily Viral Songs di Spotify, membuktikan daya tariknya yang luar biasa.
Bagi Yandy Laurens, lagu-lagu tersebut merupakan kunci pembuka yang membantunya dalam proses membayangkan karakter Sore dan Jonathan secara emosional. Ia menjelaskan, “Tantangan terbesar dalam menulis itu sebenarnya memperdalam karakter. Buat saya, artinya benar-benar usaha memahami manusia yang mau saya ciptakan, supaya mereka terasa nyata dan bukan cuma alat penggerak plot. Di dunia nyata aja, memahami orang lain itu susah. Bahkan kadang memahami diri sendiri aja sudah berat, apalagi karakter fiksi.” Pernyataan ini menegaskan bagaimana musik menjadi alat bantu esensial dalam upaya Yandy menciptakan karakter yang autentik dan berdimensi.
Musik Sebagai Bagian Integral dalam Proses Kreatif
Proses kreatif Yandy Laurens dalam menggarap film SORE: Istri dari Masa Depan dimulai jauh sebelum ia merangkai kata. Ia secara konsisten mengumpulkan lagu-lagu yang secara emosional terasa dekat dengan cerita yang ingin ia bangun, sebuah metode yang membantunya menangkap nuansa cerita sejak awal. “Di SORE: Istri dari Masa Depan, lagu pertama yang masuk itu ‘Gaze’ dan ‘Forget Jakarta’ dari Adhitia Sofyan,” ungkap Yandy. “Tapi seiring berjalannya waktu, playlist itu berkembang. Kadang, algoritma Spotify justru yang membawa saya ke lagu-lagu yang nggak terduga dan ternyata ketika disandingkan dengan jalan cerita, jadi sangat menarik, misalnya ‘Terbuang Dalam Waktu’ dan ‘Pancarona’ dari Barasuara,” lanjutnya.
Yandy sangat percaya bahwa ketika lagu yang tepat bertemu dengan momen yang tepat dalam cerita, dampaknya sungguh luar biasa dan mampu meninggalkan kesan mendalam. “Makanya, saya sangat bersyukur sama para musisi yang karyanya jadi “wadah” buat saya untuk mengelaborasi dan mempertegas cerita yang ingin saya sampaikan,” ucapnya, menyoroti penghargaan terhadap kontribusi seniman musik dalam memperkaya visi naratifnya.
Kekuatan Musik dalam Mengembangkan Cerita
Ketika berbicara mengenai musik di balik film SORE: Istri dari Masa Depan, Yandy Laurens mengakui bahwa tidak semua momen dalam film terinspirasi langsung dari sebuah lagu. Namun, ada kekuatan inheren dalam musik yang secara signifikan membantunya mengembangkan alur cerita. Ia mengenang, “Saya ingat waktu itu lagi di kantor waktu masa pandemi, sedang nulis bagian tengah cerita, lalu tiba-tiba ‘Pancarona’ terputar. Saya langsung berhenti nulis, terus baca liriknya, dan ternyata itu persis banget sama yang saya cari.”
Menurut Yandy, lagu ‘Pancarona’ secara sempurna mampu mewakili perasaan Sore yang penuh dengan keraguan, kebingungan, dan nuansa abu-abu. “Lagu itu langsung saya masukkin ke naskah, lengkap dengan timecode dan visual yang akan menyertainya,” tambahnya. Lebih jauh, ada pula lagu ‘Terbuang dalam Waktu’ yang segera memicu ide bagaimana satu adegan dalam film bisa tumbuh lebih kuat dan emosional, menunjukkan bagaimana musik dapat menjadi katalisator bagi pengembangan adegan yang lebih kaya dan beresonansi. Jadi, sudahkah Anda menyaksikan film SORE: Istri dari Masa Depan untuk merasakan langsung kekuatan musik ini?
8 Pesan Moral dalam Film SORE: Istri dari Masa Depan, Penuh Makna
10 Fakta dan Sinopsis Film SORE: Istri dari Masa Depan
Review Film SORE: Istri dari Masa Depan, Akting Sheila Dara Memukau
Ringkasan
Film “SORE: Istri dari Masa Depan” menggunakan musik bukan sekadar sebagai latar, tetapi sebagai kekuatan inti yang memperkuat adegan dan percakapan. Sutradara Yandy Laurens mengkurasi lagu-lagu yang memperkaya kisah cinta Jonathan dan Sore, menciptakan nuansa nostalgia dan emosional yang mendalam. Lagu-lagu seperti ‘Gaze’ dan ‘Forget Jakarta’ dari Adhitia Sofyan, serta ‘Terbuang Dalam Waktu’ dari Barasuara, dipilih untuk membantu penonton menyelami emosi karakter.
Yandy Laurens memulai proses kreatifnya dengan mengumpulkan lagu-lagu yang terasa dekat dengan cerita, bahkan sebelum menulis naskah. Musik membantunya dalam membayangkan karakter Sore dan Jonathan secara emosional, serta mengembangkan alur cerita. Lagu ‘Pancarona’, misalnya, menginspirasi Yandy untuk menulis bagian tengah cerita, menggambarkan perasaan Sore yang penuh keraguan dan kebingungan, dan lagu ‘Terbuang dalam Waktu’ memperkuat adegan emosional dalam film.