Lini masa media sosial akhir-akhir ini dibanjiri video rumah minimalis estetis. Dari rumah tipe 36 bergaya Skandinavia hingga dapur mungil dengan pencahayaan hangat dan tanaman gantung ala Pinterest, semuanya tampak sempurna: simpel, bersih, dan sangat menggugah keinginan. Fenomena ini merefleksikan impian baru generasi muda akan tempat tinggal ideal.
Bukan rumah besar berhalaman luas yang menjadi idaman, melainkan rumah nyaman yang dapat dirawat dan didekorasi sendiri. Estetika, fungsionalitas, dan sentuhan personal menjadi daya tarik utama. Namun, di balik video-video berdurasi singkat tersebut, tersimpan pertanyaan besar: apakah rumah impian ini masih terjangkau bagi generasi muda saat ini?
Harga tanah yang melambung dan biaya hidup yang tinggi membuat memiliki rumah lebih terasa sebagai “wishlist” ketimbang “target”. Gaya hidup urban modern turut berperan. Nongkrong di kafe, kopi setiap pagi, langganan streaming—semuanya menjadi rutinitas yang dianggap lumrah. Namun, perdebatan muncul: apakah pengeluaran harian seperti kopi menjadi penghalang utama? Atau justru sistem dan akses terhadap kepemilikan rumah yang belum ramah?
Berbagai strategi pun diterapkan. Mempelajari skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR), mencari rumah subsidi, menabung otomatis—semuanya dilakukan untuk mewujudkan impian. Beberapa bahkan membangun rumah bertahap di lahan kecil di pinggiran kota, dengan desain dan biaya yang efisien. Kreativitas dalam mengelola keuangan menjadi keahlian yang sangat penting.
Generasi Milenial dikenal dengan gaya hidup dinamis, modern, dan seringkali terkesan mewah. Tren outfit of the day (OOTD) dengan brand tertentu, liburan rutin, nongkrong di kafe estetis, hingga mengikuti tren gadget terbaru, adalah bagian dari keseharian. Aktivitas ini sering diartikan sebagai aktualisasi diri di dunia digital. Namun, bisakah kebiasaan konsumtif ini berjalan beriringan dengan impian memiliki rumah?
Gaya hidup “YOLO” (you only live once) yang mendorong menikmati hidup muda, memang menggoda. Namun, konsekuensinya tak bisa diabaikan. Pengeluaran harian yang tampak kecil dapat terakumulasi dan perlahan menjauhkan dari target finansial jangka panjang, termasuk memiliki rumah. Bukan berarti semua kesenangan harus dikorbankan, tetapi kontrol dan perencanaan yang bijak sangat diperlukan untuk menabung secara konsisten.
Menyeimbangkan gaya hidup dan tujuan finansial sangat penting. Rumah impian tetap bisa terwujud asalkan prioritas dikelola dengan matang. Rumah minimalis ala TikTok memang indah, namun di baliknya terdapat proses panjang: menahan godaan, memprioritaskan kebutuhan, dan berpikir jangka panjang. Perlu waktu dan mungkin jalan memutar, tetapi bukanlah hal yang mustahil.
Memiliki rumah bukan sekadar gengsi atau simbol pencapaian. Rumah adalah ruang aman, tempat pulang, dan hasil nyata dari kerja keras. Ukuran dan kemewahan bukanlah hal utama; yang terpenting adalah memiliki rumah sendiri.
Tantangan dalam memiliki rumah tetap ada, tetapi mimpi tersebut tetap relevan. Jalannya mungkin berbeda dari generasi sebelumnya, tetapi semangatnya sama: memiliki ruang sendiri yang nyaman dan layak. Rumah mungil di pinggir kota atau apartemen kecil dengan tanaman gantung di balkon, semuanya bisa menjadi rumah impian versi sekarang.
Memiliki rumah di tengah kompleksitas hidup memang tidak mudah, tetapi bukan berarti mustahil. Setiap generasi menghadapi tantangannya sendiri, dan generasi muda saat ini menunjukkan kreativitas, adaptasi, dan kesadaran akan keseimbangan antara gaya hidup dan tujuan jangka panjang. Rumah bukan hanya bangunan, tetapi ruang personal yang tumbuh bersama kita. Butuh waktu dan kompromi, tetapi dengan perencanaan yang bijak, rumah impian tetap dapat diwujudkan.
Ringkasan
Generasi muda saat ini mendambakan rumah minimalis estetis, terinspirasi media sosial, yang mengutamakan kenyamanan, fungsionalitas, dan sentuhan personal. Namun, harga properti yang tinggi dan gaya hidup modern yang cenderung konsumtif menimbulkan tantangan dalam mewujudkan impian memiliki rumah sendiri. Strategi seperti KPR, menabung, dan membangun rumah bertahap diterapkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Menyeimbangkan gaya hidup dengan tujuan finansial jangka panjang sangat penting. Meskipun godaan gaya hidup “YOLO” ada, perencanaan keuangan yang bijak dan prioritas yang terarah dapat membantu mewujudkan impian memiliki rumah. Rumah impian tidak selalu identik dengan rumah mewah; kenyamanan dan kepemilikan pribadi jauh lebih berarti.